Kamis, 02 Juli 2020

PENGEMBANGAN BUDIDAYA KUDA LAUT

 Budidaya Kuda Laut itu Simpel






Percaya atau tidak bahwa budidaya kuda laut itu tidak sesulit yang dibayangkan orang selama ini. Cukup simpel. Modalnya, selain ketekunan dan kemauan, juga ketelitian. Tentang benih maupun elemen lain yang dibutuhkan dalam aktivitas tersebut tentu saja sangat berlimpah. Tinggal yang jadi persoalan, Anda mau atau tidak untuk melakukannya. Dan, sebelum mempraktikkan kegiatan tersebut ada hal yang perlu Anda ingat, menyoal ruang lingkup budidaya hewan ini. setidaknya ada lima aspek yang harus diperhatikan: 1) oseanografi kimia meliputi pH, salinitas, suhu, mineral anorganik; 2) oseanografi biologi terkait sebaran nutirien; 3) oseanografi fisika menyangkut masalah gelombang, pasut dan arus; 4) manajemen lingkungan; 5) sosial – ekonomi mencakup pemberdayaan ke masyarakat pesisir atau petani, pengelolaan produksi dan manajemen pemasaran.

 

Sebelum menerjuni langsung proses pembudidayaan, ada yang perlu diperhatikan dengan seksama. Yaitu, calon induk kuda laut. Anda yang ingin menekuni budidaya hewan ini harus melihat calon induk dari beberapa sisi, semisal: jenis, ukuran, umur serta kesehatan. Kuda laut yang akan dibudidayakan perlu dipertimbangkan beberapa hal, seperti fekunditas tinggi, mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, ukuran besar dan lebih tahan terhadap penyakit. Nah, calon induk yang dipilih idealnya memiliki ukuran sama antara jantan dan betina. Kenapa demikian? Karena, jika ukuran jantan lebih kecil, maka telur induk betina tidak bisa diserap seluruhnya ke dalam kantung pengeraman induk jantan. Akibatnya, sebagian telur bisa jadi akan tercecer dalam air media pemeliharaan. Ukuran calon induk yang pas untuk persiapan pemijahan sebaiknya lebih dari 7 gram, dengan panjang 11 – 15 cm, dan berumur lebih dari 8 bulan. Jika tidak memenuhi persyaratan bisa dipastikan akan mengakibatkan jumlah telur sedikit, ukuran juwana lebih kecil dan lemah.


 
 

Proses budidaya kuda laut umumnya dimulai dengan pemeliharaan calon induk. Langkah ini mutlak harus ditempuh, tujuannya untuk memperoleh induk matang gonad. Satu hal yang harus diperhatikan adalah soal bak. Pada dasarnya dalam pemeliharaan juwana kuda laut tidak terpaku pada satu bentuk bak saja. Artinya, segala bentuk bak sangat mungkin dipergunakan. Asalkan memenuhi syarat tertentu, yaitu bak tersebut tidak boleh memiliki sudut mati. Alasannya, untuk menghindari sisa metabolism dan kotoran mudah terkumpul pada sudut bak seperti itu.

 

Material bak bisa apa saja. Tidak harus akurium saja, tapi fiberglass dan beton bisa digunakan. Soal ukuran bervariasi, bergantung pada jumlah dan umur juwana kuda laut yang akan dipelihara. Sedang padat tebarnya, sebaiknya mulai hari pertama hingga ketiga puluh banyak 1.000 – 1.500 ekor/ton. Kemudian setelah berumur lebih dari 30 kurang kepadatannya hingga 200 – 3000 ekor/ton. Nah, saat itu juwana kuda laut itu sudah bisa diberi pakan  alami, berupa copepod dan naupli artemia. Dan, tahapan ini bisa dilakukan selama 1,5 – 2 bulan, sampai ukuran mencapai 3 – 5 cm/ekor


 
 

Ada hal penting yang perlu juga diperhatikan dan dikerjakan, yakni soal aklimitasasi. Tahapan ini perlu diberlakukan terutama pada calon induk yang merupakan hasil tangkapan dari alam. Mereka harus dikarantiana, sekaligus diaklimitisasi. Tujuannya adalah untuk membebaskan mereka dari pelbagai organisme pathogen yang bisa saja terbawa dari alam, sehingga tidak menyebar atau menular ke induk yang sudah ada dalam proses pembenihan. Satu lagi, aklimitisasi juga sangat diperlukan agar calon induk tersebut bisa beradaptasi dengan lingkungan mereka yang baru, serta pakan yang digunakan dalam pembenihan.

 

Seusai proses karantina dan aklimatisasi, induk sudah bisa ditebar di bak pemeliharaan atau pemijahan yang telah dilengkapi tempat bertengger. Kuda laut terkadang berenang bolak balik mengelilingi bak. Karenanya perlu diciptakan kondisi yang lapang. Selain itu, karena hidupnya tidak berkelompok, perlu juga diciptakan kondisi alami dalam bak pemeliharaan induk. Terkait itu, padat tebar pun tidak boleh terlalu banyak, idealnya hanya berkisar 30–40 ekor/m3. Bahkan, sejumlah pakar menyarankan sebaiknya kepadatan induk tidak lebih dari 4 ekor/100 liter media air. Bagaimana dengan perbandingan induk jantan dan betina? Yang pas adalah 3 : 2. Seperti diketahui pemijahan kuda laut berlangsung secara monogamy. Artinya, seekor kuda laut jantan hanya bisa menerima telur dari satu ekor betina saja, dan tidak menerima telur dari betina lain sampai anak-anaknya keluar dari kantung pengeraman. Dan, kuda laut betina bisa memijah lagi dalam waktu 4 – 8 hari.


 
Kemudian penggelondongan. Langkah ini cukup vital untuk mengintensifkan pemeliharaan benih-benih kuda laut sampai tahap pembesaran, dengan tingkat kelangsungan hidup tinggi dan berkualitas baik. Dalam penggelondongan bisa dilakukan dengan menggunakan metode pemeliharaan di bak, keramba jaring apung atau kurangan tancap. Benihnya bisa berasal dari hasil tangkapan di alam bebas maupun hasil pembenihan. Ukurannya, 3 – 3,5 cm/ekor. Perlu juga diperhatikan ketika penebaran, apabila timbul perbedaan mencolok antara media pemeliharaan dan media asal benih, khususnya terkait salinitas dan suhu. Biasanya, ini bisa terjadi karena lokasi penggelondongan terpisah dengan sumber benih. Untuk itu, perlu diadaptasi dahulu sebelum ditebar. Padat tebar untuk penggelondongan selama dua bulan pemeliharaan 300 – 400 ekor/ton.

Tahap selanjutnya pembesaran. Tujuannya untuk menghasilkan kuda laut berukuran lebih besar (di atas 10 cm) atau untuk memproduksi induk kuda laut. Sumbernya bisa berasal dari alam ataupun hasil penggelondongan. Syaratnya tentu saja harus sehat dan lengkap organ tubuhnya. Jika kuda laut tersebut beda-beda warna, maka kuda laut yang sama warnanya, seperti hitam disatukan dengan hitam. Pasalnya, jika ada kuda laut berwarna kuning, disatukan dengan hitam akan berubah menjadi hitam. Padat tebar dalam pemebesaran 50 – 100 ekor/ton. Selama masa pembesaran, kuda laut cukup diberikan rebon segar atau jembret. Porsinya 5 – 10% dari bobot tubuh per hari sebanyak 2 – 3 kali. Jika pakan rebon tidak tersedia, kuda laut bisa diberikan pakan alternatif berupa jentik-jentik nyamuk. Setelah tiga bulan kuda laut diperkirakan akan mencapai ukuran di atas 10 cm, saat itu panen pun sudah bisa dilakukan, sekaligus dipasarkan.

Sedikit catatan tentang pemberian pakan dan pengelolaan air. Seperti diketahui kuda laut bergantung pada pakan hidup maupun mati. Jumlah dan kualitasnya sangat berpengaruh terhadap kematangan gonad maupun kualitas juwana yang dihasilkan. Biasanya kuda laut menghabiskan pakan 2 – 5 % dari total berat tubuh per hari. Perlu juga ditempuh tips ini, memberi pakan sedikit tapi sering lebih baik daripada memberi pakan banyak sekaligus. Waktunya, pagi, siang serta 1 – 2 jam sebelum gelap. Lantas, pengelolaan airnya? Perlu penyiponan serta penggantian air sekitar 200% per hari dengan sistem air mengalir agar kualitas air tetap baik.  Kuda laut butuh air yang tenang agar bisa bertengger, bergerak untuk menangkap makanan maupun untuk melakukan pemijahan. Makanya, aliran air perlu dibuat pelan agar tidak mengganggu aktivitas. Dan penggantian air secara total baru bisa dilakukan, jika media pemeliharaan terlihat sudah tidak layak. Nah, mengasyikkan kan budidaya kuda laut?

Selamat mencoba!


PENGEMBANGAN BUDIDAYA KUDA LAUT

  Budidaya Kuda Laut itu Simpel Percaya atau tidak bahwa budidaya kuda laut itu tidak sesulit yang dibayangkan orang selama ini. Cukup simpe...